Rabu, 11 Januari 2012

konseling realitas

Konseling Realitas
oleh : Adimuliadi

Dasar Teori
Adanya konseling realitas tidak terlepas dari keberadaan William Glasser. Glasser adalah seorang tokoh yang mengemukakan tentang konseling realitas dalam bukunya reality counseling. Dalam pandangannya glasser mempunyai pandangan bahwa semua manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fisik manusia sedangkan kebutuhan psikologis yaitu :
1. kebutuhan dicintai dan mencintai
2. kebutuhan akan pengharagaan terhadap dirinya.
Kedua kebutuhan tersebut dapat digabungkan dan disebut sebagai Kebutuhan Identitas.
Kebutuhan identitas mempunyai dua arah, yang pertama adalh jika individu mengalami keberhasilan individu tersebut akan mencapai identitas kesuksesan yang disebut sebagai Success Identity. Sedangkan individu yang mengalami kegagalan disebut sebagai failure identity.
Pada dasarnya Failure identity ini dibangun oleh individu yang tidak mempunyai tanggung jawab karena menolak keberadaan realitas sosial, moral maupun dunia sekitarnya. Menurut Glasser orang yang mengalami gangguan mental adalah orang yang menolak keberadaan realitas tersebut. Dalam penolakan realitas tersebut ada dua cara yaitu:
1. mengubah dunia nyata dalam dunia pikirannya agar mereka merasa cocok.
2. mengabaikan realitas tersebut.
Sedangkan untuk mencapi success identity seorang individu harus memiliki dua kebutuhan dasar yaitu:
1. mengetahui bahwa setidaknya ada seseorang yang mencintainya dan setidaknya dia juga mencintai seoseorang.
2. memandang dirinya sebagai orang yang berguna selainsebagai stimulan dan berkeyakinan bahwa orang lain melihatnya sebagai orang yang berguna juga.
Kedua kebutuhan tersebut ada pada diri manusia bukan hanya salah satu diantaranya saja.
Kemudia Glasser bersama Zennin beranggapan bahwa tercapainya kebutuhan dasar dicintai dan dihargai akan menghasilkan pribadi yang bertanggung jawab. Konseling realitas memandang individu dari perilaku. Perilaku yang dimaksud berbaeda pada perilaku behavioristik. Perilaku tersebut adalah perilaku yang memiliki standar obyektif yang disebut sebagai reality.
Pokok pemikiran
• Pendapat tradisional yang beranggapan bahwa seseorang berperilaku tidak bertanggungjawab disebabkan oleh gangguan mental ditolak oleh Glasser. Justru ia berpendapat bahwa orang mengalami gangguan mental karena ia berperilaku tidak bertanggungjawab. Terapi realitas menekankan pada masalah moral antara benar dan salah yang harus diperhadapkan kepada konseli sebagai kenyataan atau realitas. Terapi realitas menekankan pertimbangan menyangkut nilai-nilai. Ia menekankan bahwa perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan membuat beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya.
• Pengalaman masa lalu diabaikan karena terapi realitas mengarahkan pandangan penilaiannya pada bagaimana perilaku saat ini dapat memenuhi kebutuhan konseli. Dengan kata lain terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang. Meskipun tidak menganggap perasaan dan sikap tidak penting, tetapi terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi realitas adalah proses pengajaran (teaching process)dan bukan proses penyembuhan (healing process). Itu sebabnya terapi realitas sering menggunakan pula pendekatan kognitif dengan maksud agar konseli dapat meneyesuaikan diri terhadap realitas yang dihadapinya.
• Faktor alam bawah sadar sebagaimana ditekankan pada psiko-analisis Freud tidak diperhatikan karena Glasser lebih mementingkan “apa” daripada “mengapa”-nya.
• Terapi realitas menolong individu untuk memahami, mendefinisikan, dan mengklarifikasi tujuan hidupnya.
• Terapi realitas menolak alasan tertentu atas perbuatan yang dilakukan. Misalnya, orang yang mencuri tidak boleh beralasan bahwa ia terpaksa atau kepepet, dsb.
• Terapi realitas transferensi yang dianut konsep tradisional sebab transferensi dipandang suatu cara bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi.. Terapis bisa menjadi orang yang membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sekarang dengan membangun suatu hubungan yang personal dan tulus.
.
Perilaku Bermasalah
Dalam konseling realitas konselor tidak menganggap adanya perilaku bermasalah pada diri individu. Tetapi yang ada dalah identitas kegagalan atau identitas kesuksesan. Perilaku bermasalah sendiri dalam konseling realitas disebut sebagi failure identity atau identitas kegagalan. Adanya failure identity ditandai denganadanya :
1. keterasingan
2. penolakan diri dan irrasionalitas
3. perilaku kaku
4. tidak obyektif
5. lemah tidak bertanggung jawab
6. kurang percaya diri
7. menolak kenyataan

Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari konseling realitas sendiri adalah berdasar atas asumsi sebagai berikut :
1. perilaku manusia didornag oleh adanya kebutuhan dasar manusia.
2. jika seorsng individu gagal, dia akan mengembangkan failure identity
3. pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan untuk mengubah kegagaln menjadi kesuksesan.
4. faktor tanggung jawab adalah sangat penting bagi manusia. Karena adanya sukses identity ditandai dengan tanggung jawab dari individu tersebut.
5. penilaian individu tentang dirinya juga sangat penting karena menentukan apakah dirinya termasuk pada failure identity atau pada success identity.

Tujuan konseling realitas.
Pada dasarnya tujuan dari konseling realitas adalah sama dengan tujuan dari kehidupan manusia yaitu membantu individu untuk mencapi succses identity. Telah dikatakan didepan bahwa untuk mencapai succes identity diperlukan suatu rasa tanggung jawab dari individu, untuk mencapinya individu harus mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personal. Untuk memenuhi kepuasan terhadap kebutuhan tersebut perlu diperhatikan 3R yaitu reality (kenyataan), right (hal yang baik), responsible (tangung jawab).
Karakteristik Konselor Realitas
Dalam konseling realitas diperlukan konselor yang memiliki karakter sebagai berikut:
1. konselor harus mengutamakan keseluruhan individual yang bertanggung jawab, yang dapat memmnuhi kenbutuhannya.
2. konselor harus kuat dan yakin bahwa dia tidak pernah bijaksana. Dengan demikian konselor dapat menahan diri dari tekanan klien untuk membenarkan perilakunya dan menolak alasan dari perilaku klien yang irrasional.
3. konselor harus hangat, sensitif terhadap kemampuan untuk memahami orang lain.
4. konselor harus dapat bertukar pikiran demngan klien.
Selain itu konselor juga harus dapat meyakinkan klien bahwa kebahagiaan bukan pada proses konseling akan tetapi pada perilaku dan keputusan klien. Klien adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas dirinya.
PROSEDUR KONSELING
Beberapa prosedur yang harus diperhatikan oleh konselor realitas, prosedur konseling realitas ada delapan, yaitu:
1. Berfokus pada personal
Prosedur utama yaitu mengkomunikasikan perhatian konselor pada klien, Glasser beranggapan perlunya keterlibatan (involvement) yang maknanya sama dengan empati dalam pengertian yang dikemukakan Rogers, keterlibatab yang dicapai konselor dapat menjadi fungsi kebebasan, tanggung jawab dan otonomi pada klien.
2. Berfokus pada perilaku
Koseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap. Menurut Glasser karena perilaku dapat diubah dan dapat dengan mudah dikendalikan jika dibandingkan dengan perasaan atau sikap.
3. Berfokus pada saat ini
Konselor tidak perlu melakukan eksplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang irasional terhadap masa lalu konseli, hal ini sejalan dengan tujuan konseling menurut Glasser ada tiga tahap, yaitu membantu konseli, melihat perilakunya (yang terakhir) adalah yang tiodak realistic, menolak perilaku klien yang tidak bertanggung jawab, dan mengajarkan cara yang terbaik menemukan kebutuhannya dalam dunia riil.
4. Pertimbangan nilai
Dalam konseling relitas klien perlu menilai kualitas perilakunya sendiri apakah perilakunya itu bertanggung jawab, rasional, realistic dan benar atau justru sebaliknya, penilaian perilakunya oleh diri konseli akan membantu kesadaran tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang posutif.
5. Pentingnya perencanaan
Konseling realitas menganggap konseling harus mampu menyusun rencana-rencana yang realistic sehingga tingkah lainnya menjadi lebih baik, menjadi orang yang memiliki identitas keberhasilan. Dalam hal ini konselor bertugas membantu konseli untuk memperoleh pengalaman berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit secara progresif.
6. Komitmen
Klien harus memiliki komitmen atau keterikatan untuk melaksanakan rencana itu. Komitmen ditunjukkan dengan kesediaan konseli sekaligus secara riil melaksanakan apa yang telah direncanakan. Dan konselor harus meyakinkan konseli bahwa kepuasan atau kebahagiaan sangat ditntukan oleh komitmen pelaksanaan rencana-rencana tersebut.
7. Tidak menerima dalih
Dalam hal ini ketika konseli melaporkan mengenai alasan-alasan kegagalan tersebut, sebaiknya konselor menolak menerima dalih atau alasan-alasan yang dikemukakan konseli. Justru pada saat itu konselor peril membuat rencana dan membuat komitmen baru untuk melaksanakan upaya lebuh lanjut. Dan konselor tidak perlu menanyakan mengapa kegagalan tersebutbisa terjadi, tetapi konselor sebaiknya menanyakan apa rencana lebih lanjut dan kapan mulai melaksanakannya.
8. Menhilangkan hukuman
Hukuman menurut Glasser tidak efektif dan justru memperburuk hubungan dalam konseling. Hukuman yang biasanya dialkukan dengan kata-kata mencela dan menyakitkan hati konseli harus dihilangkan, setidaknya dalam hubungan konseling. Glasser menganjurkan agar klien tidak dihukum dalam bentuk apapun dan dibiarkan belajar mendapatkan konsekuensi secara wajar dari perilakunya sendiri.
Peranan konselor
Dalam proses konseling realitas konselor juga dapat memberikan dorongan,yaitu dengan jalan memuji konseli ketika melakukan tindakan yang bertanggung jawab dan menunjukkan penolakannya jika klien tidak melakukannya.
Glasser berkeyakinan bahwa pendidikan dapat menjadi kunci yang efektif bagi hubungan kemanusiaan, dan dalam bukunya School without failure, dia menyusun sebuah program untuk membatasi kesalahan dan kegagalan, dengan memasukkannya ke dalam kurikulum yang relevan, mengganti system disiplin hukuman, menciptakan pengalaman belajar, sehingga siswa dapat memaksimalkan pengalamannya menjadi berhasil, membuat motivasi dan tantangan, membantu siswa mengembangkan perilaku yang bertanggung jawab, dan menetapkan cara melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan sekolah yang relevan.
Jadi pendekatan reality therapy adalah aktif, membimbing, mendidik dan terapi yang berorientasi pada cognitive behavioral. Metode kontrak selalu digunakan dan jika kontrak terpenuhi maka proses konseling dapat diakhiri. Pendekatannya dapat menggunakan “mendorong” atau “menantang”. Jadi pertanyaan “what”dan “how” yang digunakan, sedangkan “why” tidak digunakan. Hal ini sangat penting untuk membuat rencana terus sehingga klien dapat memperbaiki perilakunya.


Daftar Pustaka
Latipun, 2006, Psikologi Konseling, Malang, UMM Press
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0503/23/opini/1634844.htm
www.tiranus.net/2007/terapi_realitas.php
http://en.wikipedia.org/wiki/William_Glasser
Kamis, 2009 Januari 22
terapi realitas
A. Konsep Dasar
Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah daam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan.
Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.

Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.
Adalah William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini. Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah:

1.Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya.

2.Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.

3.Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri


B. Ciri-Ciri Terapi Realitas

1.Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.

2.Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.

3.Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.

4.Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli .

5.Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.

6.Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan., tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.

7.Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.


C. Tujuan Terapi

1.Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.

2.Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

3.Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4.Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.

5.Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.


D. Proses Konseling (Terapi)

Konselor berperan sebagai:

1.Motivator, yang mendorong konseli untuk: (a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkandirinya sendiri.

2.Penyalur tanggung jawab, sehingga: (a) keputusan terakhir berada di tangan konseli; (b) konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri.

3.Moralist; yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.

4.Guru; yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh berbagai pengalaman dalam mencapai
harapannya.
5.Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.



Teknik-Teknik dalam Konseling

1.Menggunakan role playing dengan konseli

2.Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks

3.Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.

4.Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.

5.Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.

6.Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya

7.Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas.

8.Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif



TERAPI REALITAS
TERAPI REALIATAS
Konsep-konsep Utama
Pandangan Tentang Manusia
Terapi realitas adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku, karena, dalam penerapan-penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengondisian operan yang tidak ketat.
Menurut terapi realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dalam pembentukan identitas, masing-masing dari kita mengembangkan keterlibatan-keterlibatan dengan orang laian dan dengan bayangan diri, yang dengannya kita merasa relative berhasil atau tidak berhasil. Orang laian memerankan permainan yang berarti dalam membantu kita menjelaskan dan memahami identitas kita sendiri. Cinta dan penerimaan berkaitan lansung dengan pembentukan identitas. Menurut Glaser, basis dari terapi realitas adalah membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar Psikologisnya, yang mencakup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.
Pandangan tentang manusia mencakup perntaan bahwa suatu “kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu identitas keberhasilan. Sebagaimanan dinyatakan oleh Glaser dan Zunin suatu kekuatan kea rah kesehatan atau pertumbuhan. Pada dasarnya orang ingin puas hatidan menikmati suatu identitas keberhasilan, menunjukkan tingkah laku yang bertanggung jawab dan memiliki hubungan interpersonal yang penuh makna. Penderitaan pribadi hanya bisa diubah dengan perubahan identitas. Pandangan terapi realitas menyatakan bahw, karena individu-individu bias mengubah cara hidup, perasaan dan tingakah lakunya, maka mereka pun bisa mengubah identitasnya. Perubahan identiras bergantung pada perubahan tingkah laku.

Ciri-ciri Terapi Realitas
1. terapin realitas menolak konsep tentang penyakit mental
2. terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan dan sikap-sikap
3. terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai


4. terapi realitas tidak menekankan transferensi
5. terapi realitas menekankan pada aspek kesadaran
6. terapi realirtas menghapus hukuman
7. terpi realitas menekankan pada tanggung jawab.

Prinsip-Prinsip Terapi Relitas
Berikut tinjauan ringkas atas prinsip-prinsip yang menyajikan kerangka bagi proses belajaryang terjadi sebagai hasil dari hubungan antara terapis dan klien:
1. terapi realitas berlandaskan hubungan atau keterlibatan pribadi antara terapis dan klien. Terapis, dengan kehangatan, pengertian, penerimaan, dan kepercayaannya atas kesanggupan klien untuk mengembangkan suatu identitas keberhasilan, harus mengkomunikasikan bahwa dia menaruh perhatian.
2. perencanaan adalah hal yang esensial dalam terapi realitas. Situasi terapiutik tidak terbatas pada diskusi-diskusi antara terapis dengan klien tetapi mereka harus membentuk rencana-rencana, kemudian dijalankan
3. komitmen adalah kunci utama terapi realitas, setelah membuat suatu perencanaan antara terapi dengan klien, terpis berusaha membantu untuk membuat komitmen-komitmen untuk melaksanakan rencana-rencana tersebut.
4. terpi realitas tidak menerima dalih, artinya, bagaimanapun hasil yang dicapai oleh klien, apkah berhasil atau gagal, terpis tidak menerima alas an-alasan dari klien.

Penerapan: Teknik-teknik dan Prosedur Terapeutik
Teknik-Teknik dan Prosedur Utama
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada ketentuan-ketentuan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lkunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien, untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
1. terlibat dalam permainan dengan klien
2. menggunakan humor
3. mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun
4. membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan
5. bertindak sebagai model dan guru
6. memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
7. menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
8. melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.

Penerapan pada Situasi-situasi Konseling
Terpi realitas cocok untuk digunakan dalam terapi individual, kelompok, dan konseling perkawinan. Dalam terpi kelompok biasanya, terapis menemui klien sekali dalam seminggu selama 45 menit. Pada permulaan terap, terapis bisa memberikan konsultasi kepada klien mengenai lamanya terapi.
Menurut Glaser dan Zunin, konseling perkawinan atau terapi penyatuan perkawinan sering dilakukan oleh terapis realitas. Mereka memandang tipe konseling ini sebagai season yang terbatas, biasanya terdiri atas lima sampai lima belas kali pertemuan. Pada akhir terpi diadakan evaluasi, untuk menentukan apakah ada kemajuan dan apakah seson selanjutnya bisa dilanjutkan.

2 komentar: