Senin, 26 November 2012

TAHAP-TAHAP KEGIATAN KONSELING KELOMPOK



TAHAP-TAHAP KEGIATAN KONSELING KELOMPOK
Bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan pemberian informasi kepada sekelompok siswa yang bertujuan untuk membantu mereka dalam menyusun sebuah rencana dan keputusan yang tepat terhadap sebuah masalah yang dihadapi.
Menurut Marjohan dkk (Prayitno 1995: 40) bahwa tahap-tahap perkembangan kegiatan kelompok dalam layanan bimbingan kelompok terdiri dari :
a.       Tahap I  pembentukan
b.      Tahap II Peralihan
c.       Tahap III Kegiatan
d.      Tahap IV Pengakhiran
Sedangkan menurut Hartinah Sitti (2009: 131-154) bahwa tahap-tahap kegiatan kelompok  terdiri dari beberapa tahap diantaranya adalah sebagai berikut :
A.    Tahap I : tahap pembentukan
Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan calon anggota kelompok dalam rangkah kegiatan kelompok yang akan dilaksanakan.
Adapun beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Pengenalan dan pengungkapan tujuan
Tahap pengenalan dan pengungkapan tujuan merupakan tahap pengenalan dan pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan dalam sebuah kelompok. Pada tahap ini umumnya anggota saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan ataupun harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota kelompok.  Adapun peran dari pemimpin kelompok dalam taha ini adalah
v  Menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai melalui kegiatan kelompok tersebut dan menjelaskannya melalui berbagai cara yang akan dilalui dalam mencapai tujuan tersebut
v  Mengemukakan tentang diri sendiri yang kemunkinan perlu untuk terselenggaranya kegiatan kelompok secara baik
v  Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsure-unsur penghormatan kepada orang lain. Misalnya ketulusan hati, kehangatan dan empati
b.      Terbangunnya kebersamaan
Hasil tahap awal suatu kelompok adalah adanya suatu keadaan dimana para angota kelompok belum meraskan adanya keterikatan diantara anggota kelompok. Oleh karena itu pemimpin kelompok harus merangsang dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru dalam suasana kelompok yang diingingkan. Dengan demikian lambat laun para  kelompok akan mampu ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegitan kelompok
c.       Keaktifan pemimpin kelompok
Peranan pemimpin kelompok dalam pelaksanaan bimbingan kelompok sangat urgen karena dialah yang mengatur dan menjelaskan semua kegiatan yang akan dilakukan misalnya :
v  Menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai kedepannya
v  Menumbuhkan rasa saling mengenal diantara para anggota kelompok
v  Menumbukan sikap saling mempercayi dan menerima
v  Pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok
d.      Beberapa teknik pada tahap awal
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan oleh pemimpin kelompok dalam tahap  awal. Adapun teknik-teknik tersebut yang bias digunakan dalam kegiatan ini diantaranya
v  Teknik pertanyaan dan jawaban
Para anggota menulis jwaban atas suatu pertanyaan pada selembar kertas yang disediakan oleh pemimpin kelompok.
v  Teknik perasaan dan tanggapan
Teknik perasaan dan tanggapan dilakukan dengan mempersilahkan atau meminta masing-masing anggota kelompok mengemukakan perasaan dan tanggapannya atas suatu masalah atau suasana yang mereka rasakan pada saat pertemuan itu berlangsung.
v  Teknik permainan kelompok
Ada berbagai bentuk permainan kelompok yang bias digunakan misalnya “ rangkaian nama”, “ kebun binatang” yang bias digunakan. Tujuannya adalah untuk membangun suasana yang hangat dalam hubungan antar-anggota kelompok dan sekaligus suasana kebersamaan.
BENTUK SKENARIO TAHAP PEMBENTUKAN :
Tema    :  
-           Pengenalan
-          Pelibatan diri
-          Pemasukan diri
Tujuan
Kegiatan
1.      Semua anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam bentuk pendidikan apresiasi seni (PAS) dalam bentuk bimbingan dan konseling kelompok
2.      Menumbuhkan suasana kelompok
3.      Menumbuhkan minat anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok dalam bentuk PAS.
4.      Menumbuhkan sikap saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu di antara para anggota kelompok.
5.      Menumbuhkan suasana bebas dan terbuka
6.       Memulai pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok itu sendiri
1.      Memberikan penjelasan mengenai pendidikan apresiasi seni serta tujuan dari apresiasi seni itu sendiri dalam lingkup bimbingan dan konseling
2.      Menjelaskan bentuk-bentuk PAS dalam bimbingan dan konseling kelompok
3.      Saling memperkenalkan diri
4.      Pemberian teknik khusus
Misalnya menggunakan teknik jendela jouhri “ jouhari windows” yang mana semua anggota kelompok menuliskan semua sifat-sifat yang ada pada dirinya kemudian teman yang lain menuslikan sifat apa yang ada pada dirinya






B.     Tahap II  : tahap peralihan
Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamis kelompok  sudah tumbuh dalam kegiatan kelompok hendaknya dibawah lebih jauh oleh pemimpin kelompok menuju kepada kegiatan kelompok yang sebenarnya. Oleh karena itu tahap peralihan perlu dilaksanakan. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang ada dalam tahap peralihan diantaranya :
a.       Suasana kegiatan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kelomok bebas (jika kelompok tersebut memang kelompok bebas), atau kelompok tugas (jika kelompok tersebut memang kelompok tugas). Kemudian pemimpin kelompok menawarkan apakah para anggota siap memulai kegiatan tersebut
b.      Suasana ketidakseimbangan
Suasana ketidakseimbangan memang tidak bias lepas dari sebuah kelompok dan inilah yang mewarnai tahap peralihan. Hal ini bias muncul karena adanya konflik atau bahkan konfrontasi antara anggota kelompok dan pemimpin ketidaksesuaian yang banyak terjadi dalam keadaan banyak anggota yang merasa tertekan ataupun menyebabkan tingkh laku mereka menjadi tidak seperti biasanya. Keenggangan atau bahkan penolakan muncul atau muncul lagi dalam suasana seperti  itu. Oleh karena itu untuk keluar dari suasana tersebut maka pemimpin kelompok harus bijaksana dan cepat dalam bertindak baik waktu maupun tepat isi perlu diterapkan, pemimpin kelompok perlu mendorong semua anggota yang secara sukarela dan bersedia mengutarakan “membuka” diri mereka berkenaan dengan suasana yang mencekam.
c.       Jembatan antara tahap I dan tahap II
Tahap ini merupakan  jembatan antara tahap I dan Tahap II. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan sukarela. Ada kalanya pula jembatan tersebut ditempuh dengan payah dalam artian para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatn kelompok.
 


BENTUK SKENARIO TAHAP PERALIHAN
Membangun jembatan antara tahap I dan tahap II
Tujuan
kegiatan
1.      Membuka perasaan/sikap anggota kelompok dari sikap keraguan, sikap enggan dan membangun sikap saling percaya diri diantara mereka
2.      Meningkatkan minat untuk ikut dalam kegiatan kelompok
1.      Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan kedepannya
2.      Mengamati secara keseluruhan anggota kelompok apakah benar-benar siap untuk menjalani kegiatan selanjutnya.




C.    Tahap III kegiatan
Tahap ketiga merupakan inti kegiatan kelompok maka aspek-aspek yang perlu dijadikan pengiring yang masing-masing mempunyai aspek tersendiri yang membutuhkan perhatian yang sangat saksama dari pemimpin kelompok itu sendiri.
Pada tahap ketiga hubungan antar anggota kelompok tumbuh dengan baik. Selain itu pada tahap ini kegiatan kelompok akan ditampilkan secara nyata. Pemimpin kelompok akan mengambil alih dan menjelaskan pada awal dan kedua tentang jenis dan kegiatan kelompok apa yang akan dijalani kelompok pada tahap ini.
Adapun kegiatan yang akan di jalankan dalam kegiatan ini terdiri dari beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut :

Membangun kegiatan dalam kelompok
Tujuan
Kegiatan
1.      Mengungkapkan secara bebas masalah yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dialami oleh anggota kelompok
2.      Membahas masalah dan topic berkenaan dengan tema kita yaitu bentuk kegiatan kelompok dalam bentuk PAS
3.      Ikut sertanya semua kelompok dalam kegiatan ini.
1.      Semua kelompok yang terbentuk diberi kesempatan dalam mengemukakan ide, kreasi dan pandangan mereka dalam kegiatan ini
2.      Menentukan sebuah pokok permasalahan yang akan dibahas
3.      Membuat kegiatan selingan              “ games”
4.      Mengemukakan permasalahan

a.       Mengemukakan masalah
Pada tahap ini semua kelompok diajak untuk mengemukakan permasalahan apa yang dirasa cukup baik dijadikan sebagai topic. Misalnya kurangnya kemampuan peserta didik untuk menjalankan tugasnya sebuah kegiatan seni.
b.      Pemilihan topic
Setelah dilakukan kegiatan dalam hal pengungkapan masalah oleh masing-masing kelompok bias dilanjutkan dengan pemilihan topo permasalahan yang akan dijadikan sebuah topic dalam kegiatan kelompok ini. Pemilihan topic ini akan diputuskan oleh pemimpin kelompok setelah mendengar semua pengungkapan masalah dari masing-masing kelompok itu sendiri. Misalnya dari masalah yang berkaitan dengan kurangnya kemampuan peserta didik dalam menjalankan tugasnya dalam sebuah kegiatan seni
c.       Pembahasan topic
Setelah menentukan topic yang akan dibahas maka kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya adalah membahas topic tersebut yaitu yang berkaitan dengan kurangnya kemampuan peserta didik dalam menjalankan tugasnya dalam sebuah kegiatan seni. Prawitasari E johana : (2011: 39). Bahwa materi yang bias digunakan dalam pagelaran seni bertujuan untuk menggerakkan serta mengapresiasi berbagai karaakter manusia yang baik dan yang tidak baik, belajar mengenal keterampilan hidup dan nilai-nilai dalam kehidupan melalui pengenalan seni dan belajar mengapresiasikan pikiran dan perasaan melalui kreativtas dalam olah praktik bermain peran tentang cerita yang dikembangkan sendiri oleh peserta didik
d.      Games
Setelah membahas topic tentunya peserta didik akan merasa sedikit bosan dengan pembahasan materi yang telah dipaparkan pada sesi sebelumnya. Oleh karena itu, untuk memecah kebosanan mereka perlu diadakan games melalui sosiodrama yang berkaitan dengan pokok pembahasan tadi misalnya salah satu kelompok di tunjuk untuk melakonkan sebuah drama yang mana salah satu diantara anggota kelompok tidak bias melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang ada dalam naskah drama tersebut. Akan tetapi di akhirnya semua teman-temannya memberikan jalan keluar yaitu mencoba melakonkan peran lain dan akhirnya bias melakonkan peran tersebut dengan sangat baik
e.       Mengemukakan permasalahan
Setelah melakukan kegiatan diatas maka akan dikemukakan tentang masalah apa yang timbul ketika salah seorang dari anggota kelompok tidak bias melakonkan apa yang diberikan.disinilah semua akan di bahas mengenai apa yang menyebabkan sehingga salah satu dari anggota kelompok tidak bias menjalankan apa yang diperintahkan.


D.    Tahap IV : pengakhiran
Tahap ini biasa disebut juga dengan tahap tendensi /ending dimana pada tahap ini semua kegiatan akan diakhiri namun tidak dalam artian kegiatan akan berakhir begitu saja. Namun masih ada kegiatan selanjutnya yang bias dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Frekuensi pertemuan
Berkenaan dengan kegiatan ini hal yang Paling urgen dilihat adalah berkaitan dengan frekuensi pertemuan yang akan dilakukan selanjutnya. Karena  untuk mendapatkan hasil yang memuaskan tentunya tidaklah bias dilakukan dengan hanya sekali pertemuan akan tetapi hasil yang sempurna akan dicapai jika itu dilakukan jika pertemuan itu dilakukan lebih dari 1 kali.
b.      Pembahasan keberhasilan kelompok
Pada kegiatan ini semua kegiatan kelompok harus dipusatkan pada pembahasan dan penerapan hal-hal yang telah mereka dapatkan dan pelajari mulai dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan agar mereka dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari


SUMBER RUJUKAN
Hartinah, sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT. Reflika    Aditama
Prawitasari J. E . 2012. Psikologi Terapan. Jakarta: Erlangga 
Marjohan dkk. 1991. Bimbingan dan konseling . Jakarta : Departemen Pendidikan   dan Kebudayaan