Selasa, 11 Desember 2012

diagnosis kesulitan belajar !!!!!!!


BAB 1
PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas merupakan dambaan setiap orang. Berhasil berarti terwujudnya harapan. Hal ini juga menyangkut segi efisiensi, rasa percaya diri, ataupun prestise. Lebih-lebih bila keberhasian tersebut terjadi pada tugas atau aktivitas yang berskala besar. Namun perlu disadari bahwa pada dasarnya setiap tugas atau aktivitas selalu berakhir pada dua kemungkinan : berhasil atau gagal.
Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang kondusif.
Bila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat terjadi pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam belajar yaitu : memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir.
Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalam belajar pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan. Oleh karena itu konselor muncul sebagai pahlawan yang bisa mengarahkan serta memecahkan kesulitan belajar siswa melalui bentuk-bentuk layanan yang mengarah  pada pola 17 bahkan pola 17 +.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Diagnosis dan kesulitan belajar
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen. Diagnosis dapat diartikan sebagai :
a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Selain itu ada beberapa pendapat yang mengartikan bahwa kesulitan belajar adalah :
a.       Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
b.      Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.

B.     Faktor-faktor yang menyebabkan sehingga siswa / individu mngalami kesulitan belajar
Menurut Warkitri dkk. (1990 : 8.5 – 8.6), individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut.
Ø  Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.
Ø  Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya.
Ø  Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Ø  Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
Ø  Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
Ø  Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
Ø  Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.
C.     Factor-faktor kesulitan belajar siswa
Ada beberapa factor yang menyebabkan sehingga seorang anak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Hal itu dijelaskan oleh Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.
Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
Ø  Faktor kejiwaan, antara lain :
1) minat terhadap mata kuliah kurang;
2) motif belajar rendah;
3) rasa percaya diri kurang;
4) disiplin pribadi rendah;
5) sering meremehkan persoalan;
6) sering mengalami konflik psikis;
7) integritas kepribadian lemah.
Ø  Faktor kejasmanian, antara lain :
1) keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3) adanya gangguan pada fungsi indera;
4) kelelahan secara fisik

Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan faktor lingkungan.
a.       Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa antara lain :
1) Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;
2) Kurikulum yang terlalu berat bagi siswa;
3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
a.       Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
b.      Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif;
c.       Teman-teman bergaul yang tidak baik;
d.      Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.

D.    Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar
Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley (Abin S.M., 2002 : 309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswayang mengalami gangguan ?)
b. Where are the errors located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
c. Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
d. What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?)
e. How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)
Pendapat Roos dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar siswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut.
a.       Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan :
1.      Menganalisis prestasi belajar
Dari segi prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila: pertama, indeks prestasi (IP) yang bersangkutan lebih rendah dibanding IP rata-rata klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya.
2.      Menganalisis periaku yang berhubungan dengan proses belajar.
Analisis perilaku terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku siswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan.
3.      Menganalisis hubungan sosial
Intensitas interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri. Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar
b.      Melokalisasi letak kesulitan belajar
Setelah siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah :
1.      pada mata pelajaran apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;
2.      pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi;
3.      pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;
4.      pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.
c.       Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun (Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998 : 21).
d.      Memperkirakan alternatif pertolongan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1.      Apakah siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong ?
2.      Teknik apa yang tepat untuk pertolongan tersebut ?
3.      Kapan dan di mana proses pemberian bantuan tersebut dilaksanakan ?
4.      Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberian bantuan tersebut ?
5.      Berapa lama waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ?
e.       Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar
Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.
f.       Pelaksanaan pemberian pertolongan
Tahap keenam ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar siswa. Pada tahap apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan.


BAB III
METODOLOGI
Perumusan aktivitas lapangan
·         Sasaran                                                            :
a.       SMP Negeri 1 MAKASSAR
b.      Memperoleh informasi mengenai kesulitan belajar siswa di sekolah tersebut
·         Kegiatan Yang akan di lakukan( di sekolah)  :
ü  Perkenalan
a.       Identitas
b.      Tujuan
·         Teknik atau metode yang akan dilakukan
1.      Wawancara
·         Dengan Guru Bk
1.      Apakah bapak pernah dikunjungi oleh siswa bapak atau bahkan diberitahu oleh seorang guru mata pelajaran yang menemukan salah seorang dari peserta didiknya yang mengalami kesulitan dalam belajar ?
2.      Bentuk-bentuk kesulitan belajar apa saja yang bapak temukan selama menjadi Guru Bk di sekolah ini ?
3.      Secara umum factor-faktor apa saja yang bapak lihat sehingga anak tersebut  sulit dalam belajar ?
4.      Tindakan apa yang akan bapak lakukan untuk menyelesaikan permasalahan siswa tersebut ?
5.      Apakah ada perhatian khusus yang yang bapak berikan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ?
6.      Apakah bapak melakukan kerja sama dengan guru mata pelajaran untuk menyelesaikan permasalahan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ?



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Dari hasil wawancara kami dengan Guru BK SMP Negeri 1 Makassar bahwa memang beliau sering sering mendapatkan anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan yang beliau temukan ada berbagai macam. Mulai dari ketidak seriusan peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran bahkan kebosangan peserta didik terhadap guru mata pelajaran yang membawakan mata pelajaran yang kurang professional dalam membawakan mata pelajaran tersebut
2.      Kesulitan-kesulitan belajar yang beliau temukan diantaranya :
a.       Tidak betah dalam kelas
Hal ini bisa dikibatkan dari beberapa factor diantaranya suasana kelas yang kurang nyaman bahkan ada perasaan takut terhadap teman sekelas di mana ia berada sehingga menyebabkan anak tersebut kurang konsentrasi dalam belajar 
b.      Tidak senangnya siswa terhadap mata pelajaran tersebut
Seorang anak mempunyai minat tertentu dalam mata pelajaran selain itu ada anak yang kurang berminat dalam mata pelajaran tersebut olehnya itu guru mata pelajaran tersebut harus pintar-pintar dalam melihat keadaan anak yang kurang senang dengan mata pelajaran yang dibawakan  
c.       Guru yang membawakan metode mata pelajaran yang kurang efektif
Salah satu indikasi yang menyebabkan sehingga anak biasanya sulit dalam menerima mata pelajaran adalah dari pengaruh seorang guru yang membwakan mata pelajarn yang kurang efektif dalam membawakan mata pelajaran. Misalnya seorang guru mata pelajaran yang hanya terfokus pada metode ceramah. Hal inilah yang membuat seorang anak merasa kurang pantas mengikuti mata pelajaran tersebut karena hanya berfokus pada 1 macam metode mengajar
3.       Adapun tindakan-tindakan yang ditempuh oleh guru BK SMP Negeri 1 Makassar dalam menangai masalah kesulitan belajar siswa adalah :
a.       Bimbingan kelompok
Layangan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber  (terutama dari Guru Pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,anggota keluarga,dan masyarakat.Bahan yang dimaksudkan itu juga dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan
b.      Konseling kelompok
Dalam pemberian konseling kelompok guru BK memberikan pemahaman kepada peserta didik yang mengalami sebuah masalah yang berkaitan dengan masalah kesulitan belajar selain itu guru BK memberikan beberapa cara belajar yang efektif hal ini perlu dilakukan agar peserta didik mengetahui dan memahami bagaimana cara belajar yang efektif.
4.      Selain dari tidakan-tindakan khusus yang diambil oleh Guru BK untuk menyelesaikan permasalahan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ada juga perhatian khusus yang diberikan oleh Guru BK diantaranya adalah  :
a.       Pemantauan
Hal ini dilakukan setelah guru BK melakukan bimbngan kelompok dan konseling kelompok. Ini merupakan evaluasi dari kedua layanan tersebut apakah brhasil atau tidak
b.      Libatkan orang tua
Salah satu orang yang paling terdekat dengan anak adalah orang tua dari anak itu sendiri. Oleh karena itu orang tua perlu dilibatkan secara langsung untuk menyelesaikan permasalahan anak tersebut terutama dalam masalah akademik peserta didik tersebut.
5.      Selain guru BK ternyata guru juga mempunyai peran aktif dalam menyelesaikan permasalahan peserta didik inilah yang di sebut dengan referral (Alih tangan kasus). Hal ini dilakukan apabila Guru BK tidak bisa menyelesaikan permasalahn belajar yang dialami oleh siswa.