BAB
1
PENDAHULUAN
Keberhasilan
dalam melaksanakan suatu tugas merupakan dambaan setiap orang. Berhasil berarti
terwujudnya harapan. Hal ini juga menyangkut segi efisiensi, rasa percaya diri,
ataupun prestise. Lebih-lebih bila keberhasian tersebut terjadi pada tugas atau
aktivitas yang berskala besar. Namun perlu disadari bahwa pada dasarnya setiap
tugas atau aktivitas selalu berakhir pada dua kemungkinan : berhasil atau
gagal.
Belajar merupakan tugas utama siswa,
di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan dalam belajar bukan hanya
diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua, guru, dan
juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi
berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu
persyaratan psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang
kondusif.
Bila
keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat terjadi
pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam belajar yaitu
: memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik
kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir.
Kegagalan dalam
belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya.
Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalam belajar pada rasa percaya diri.
Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh
keluarga dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak
tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis
kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan. Oleh karena
itu konselor muncul sebagai pahlawan yang bisa mengarahkan serta memecahkan
kesulitan belajar siswa melalui bentuk-bentuk layanan yang mengarah pada pola 17 bahkan pola 17 +.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnosis
dan kesulitan belajar
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis.
Menurut Thorndike dan Hagen. Diagnosis dapat diartikan sebagai :
a. Upaya atau
proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang
dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai
gejala-gejalanya (symtoms);
b. Studi yang
seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau
kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c. Keputusan
yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau
fakta-fakta tentang suatu hal.
Selain itu ada
beberapa pendapat yang mengartikan bahwa kesulitan belajar adalah :
a. Blassic dan Jones, sebagaimana
dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar
adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu
yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya,
tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar,
baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
b. Siti Mardiyanti
dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam
proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang
bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam
proses belajarnya.
B. Faktor-faktor
yang menyebabkan sehingga siswa / individu mngalami kesulitan belajar
Menurut
Warkitri dkk. (1990 : 8.5 – 8.6), individu yang mengalami kesulitan belajar
menunjukkan gejala sebagai berikut.
Ø Hasil belajar yang dicapai rendah
dibawah rata-rata kelompoknya.
Ø Hasil belajar
yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya.
Ø Hasil belajar
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Ø Lambat dalam
melakukan tugas-tugas belajar.
Ø Menunjukkan
sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan
pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
Ø Menunjukkan
perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum
waktunya, dst.
Ø Menunjukkan gejala
emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri,
bertindak agresif, dst.
C. Factor-faktor kesulitan belajar
siswa
Ada beberapa factor yang menyebabkan
sehingga seorang anak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Hal itu dijelaskan
oleh Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor
yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu
yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah
faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.
Faktor Internal
Yang dimaksud
dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
Ø Faktor
kejiwaan, antara lain :
1) minat
terhadap mata kuliah kurang;
2) motif
belajar rendah;
3) rasa percaya
diri kurang;
4) disiplin
pribadi rendah;
5) sering
meremehkan persoalan;
6) sering
mengalami konflik psikis;
7) integritas
kepribadian lemah.
Ø Faktor
kejasmanian, antara lain :
1) keadaan
fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2) adanya
penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3) adanya
gangguan pada fungsi indera;
4) kelelahan
secara fisik
Faktor Eksternal
Yang dimaksud
dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar siswa.
Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan faktor
lingkungan.
a.
Faktor instrumental
Faktor-faktor
instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa antara lain :
1) Kemampuan profesional dan
kepribadian dosen yang tidak memadai;
2) Kurikulum yang
terlalu berat bagi siswa;
3) Program belajar dan pembelajaran
yang tidak tersusun dengan baik;
4) Fasilitas belajar dan
pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Faktor
lingkungan
Faktor
lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan
belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
a. Disintegrasi
atau disharmonisasi keluarga;
b. Lingkungan
sosial kampus yang tidak kondusif;
c. Teman-teman
bergaul yang tidak baik;
d. Lokasi kampus
yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.
D. Prosedur
Diagnosis Kesulitan Belajar
Diganosis
kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar.
Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah
yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley (Abin S.M., 2002 :
309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. Who are the pupils having
trouble ? (Siapa siswayang mengalami gangguan ?)
b. Where are the errors located ? (Di manakah
kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
c. Why are the errors occur ? (Mengapa
kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
d. What are remedies are
suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?)
e. How can errors be prevented ?
(Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)
Pendapat Roos dan Stanley tersebut
dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar siswa
dengan tahapan kegiatan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Identifikasi siswa
yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan :
1. Menganalisis
prestasi belajar
Dari segi
prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila: pertama, indeks prestasi (IP) yang
bersangkutan lebih rendah dibanding IP rata-rata klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya;
dan ketiga, prestasi yang dicapai
berada di bawah kemampuan sebenarnya.
2. Menganalisis
periaku yang berhubungan dengan proses belajar.
Analisis
perilaku terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan
dengan : pertama, membandingkan
perilaku yang bersangkutan dengan perilaku siswa lainnya yang berasal dari
tingkat atau kelas yang sama; kedua,
membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh
lembaga pendidikan.
3. Menganalisis
hubungan sosial
Intensitas
interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri.
Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang terisolasi dari
kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar
b. Melokalisasi letak kesulitan belajar
Setelah siswa
yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah
menelaah :
1. pada mata pelajaran
apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;
2. pada aspek
tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi;
3. pada bagian
(ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;
4. pada segi-segi
proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Pada tahap ini
semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk
dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling
sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal
tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun
(Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998 : 21).
d.
Memperkirakan
alternatif pertolongan
Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah siswa
yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong ?
2. Teknik apa yang tepat untuk
pertolongan tersebut ?
3. Kapan dan di mana proses pemberian
bantuan tersebut dilaksanakan ?
4. Siapa saja yang terlibat dalam
proses pemberian bantuan tersebut ?
5. Berapa lama
waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ?
e.
Menetapkan
kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar
Tahap ini
merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik yang
dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang dipilih
untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.
f.
Pelaksanaan
pemberian pertolongan
Tahap keenam
ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar siswa. Pada tahap
apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan.
BAB
III
METODOLOGI
Perumusan aktivitas
lapangan
·
Sasaran :
a. SMP
Negeri 1 MAKASSAR
b. Memperoleh
informasi mengenai kesulitan belajar siswa di sekolah tersebut
·
Kegiatan Yang akan di lakukan( di
sekolah) :
ü Perkenalan
a. Identitas
b. Tujuan
·
Teknik atau metode yang akan dilakukan
1. Wawancara
·
Dengan Guru Bk
1. Apakah bapak pernah dikunjungi oleh siswa bapak atau
bahkan diberitahu oleh seorang guru mata pelajaran yang menemukan salah seorang
dari peserta didiknya yang mengalami kesulitan dalam belajar ?
2. Bentuk-bentuk kesulitan belajar apa saja yang bapak
temukan selama menjadi Guru Bk di sekolah ini ?
3. Secara
umum factor-faktor apa saja yang bapak lihat sehingga anak tersebut sulit dalam belajar ?
4. Tindakan
apa yang akan bapak lakukan untuk menyelesaikan permasalahan siswa tersebut ?
5. Apakah
ada perhatian khusus yang yang bapak berikan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar ?
6. Apakah
bapak melakukan kerja sama dengan guru mata pelajaran untuk menyelesaikan
permasalahan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ?
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Dari
hasil wawancara kami dengan Guru BK SMP Negeri 1 Makassar bahwa memang beliau
sering sering mendapatkan anak yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Kesulitan yang beliau temukan ada berbagai macam. Mulai dari ketidak seriusan
peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran bahkan kebosangan peserta didik
terhadap guru mata pelajaran yang membawakan mata pelajaran yang kurang professional
dalam membawakan mata pelajaran tersebut
2.
Kesulitan-kesulitan
belajar yang beliau temukan diantaranya :
a. Tidak betah dalam kelas
Hal ini bisa dikibatkan dari
beberapa factor diantaranya suasana kelas yang kurang nyaman bahkan ada
perasaan takut terhadap teman sekelas di mana ia berada sehingga menyebabkan
anak tersebut kurang konsentrasi dalam belajar
b. Tidak senangnya siswa terhadap mata
pelajaran tersebut
Seorang anak mempunyai minat
tertentu dalam mata pelajaran selain itu ada anak yang kurang berminat dalam
mata pelajaran tersebut olehnya itu guru mata pelajaran tersebut harus
pintar-pintar dalam melihat keadaan anak yang kurang senang dengan mata
pelajaran yang dibawakan
c. Guru yang membawakan metode mata
pelajaran yang kurang efektif
Salah satu indikasi yang menyebabkan
sehingga anak biasanya sulit dalam menerima mata pelajaran adalah dari pengaruh
seorang guru yang membwakan mata pelajarn yang kurang efektif dalam membawakan
mata pelajaran. Misalnya seorang guru mata pelajaran yang hanya terfokus pada
metode ceramah. Hal inilah yang membuat seorang anak merasa kurang pantas
mengikuti mata pelajaran tersebut karena hanya berfokus pada 1 macam metode
mengajar
3.
Adapun tindakan-tindakan yang ditempuh oleh
guru BK SMP Negeri 1 Makassar dalam menangai masalah kesulitan belajar siswa
adalah :
a. Bimbingan kelompok
Layangan
bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama
memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
(terutama dari Guru Pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari
baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,anggota keluarga,dan
masyarakat.Bahan yang dimaksudkan itu juga dapat dipergunakan sebagai acuan
untuk mengambil keputusan
b. Konseling kelompok
Dalam pemberian konseling kelompok
guru BK memberikan pemahaman kepada peserta didik yang mengalami sebuah masalah
yang berkaitan dengan masalah kesulitan belajar selain itu guru BK memberikan
beberapa cara belajar yang efektif hal ini perlu dilakukan agar peserta didik
mengetahui dan memahami bagaimana cara belajar yang efektif.
4.
Selain
dari tidakan-tindakan khusus yang diambil oleh Guru BK untuk menyelesaikan
permasalahan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ada juga perhatian
khusus yang diberikan oleh Guru BK diantaranya adalah :
a. Pemantauan
Hal ini dilakukan setelah guru BK
melakukan bimbngan kelompok dan konseling kelompok. Ini merupakan evaluasi dari
kedua layanan tersebut apakah brhasil atau tidak
b. Libatkan orang tua
Salah satu orang yang paling
terdekat dengan anak adalah orang tua dari anak itu sendiri. Oleh karena itu
orang tua perlu dilibatkan secara langsung untuk menyelesaikan permasalahan
anak tersebut terutama dalam masalah akademik peserta didik tersebut.
5.
Selain
guru BK ternyata guru juga mempunyai peran aktif dalam menyelesaikan permasalahan
peserta didik inilah yang di sebut dengan referral (Alih tangan kasus). Hal ini
dilakukan apabila Guru BK tidak bisa menyelesaikan permasalahn belajar yang
dialami oleh siswa.