Rabu, 28 November 2012

"Wanita Yang Memesan Tempat di Neraka"




  1.  Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi Muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terjaga. Jilbab memang memiliki multifungsi.

    Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari
    Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang ‘perhatian’ kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.

    Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.

    Apa respon perempuan muda tersebut?

    Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!

    “Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!”

    Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat­ Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam.

    Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu.

    Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.

    “Bangunkan saja!” kata seorang penumpang.
    “Iya, bangunkan saja!” teriak yang lainnya.
    Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.
    Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerak­kan tubuh si gadis agar posisinya berpindah.

    Namun, astaghfirullah!­ Apakah yang terjadi?
    Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!

    Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.

    Sebuah akhir yang menakutkan...
    Mati dalam keadaan menantang Tuhan.

    Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya...
    Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
    Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk....
    Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah....

    Sungguh Allah masih menyayangi kita
    Yang masih terus dibimbing-Nya
    Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA agar semakin dekat.
    Dan bagi mereka yang terlena
    Seharusnya segera sadar, mumpung kesempatan masih terbuka
    Di sisa usia yang masih ada!
    Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana?

    Wallahu a’lam

    Semoga Jadi Renungan bagi kita semua...

    TAUSIYAH:

    Hukum Menutup Aurat

    Alasan Perintah Menutup Aurat

    Fitnah syahwat yang paling berat di alam ini adalah fitnah wanita, karena itu fitnah ini disebutkan pertama kali mengawali fitnah-fitnah syahwat lainnya sebagaimana firman Allah swt ;

    زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ­ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
    Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binata­ng ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Al imron : 14)

    Untuk itu Allah swt memerintahkan para wanita menutupi seluruh tubuhnya yang merupakan perhiasannya kecuali yang biasa ditampakkan dengan mengenakan jilbab dan kerudung hingga ke dada, sebagaimana firman-Nya :

    وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
    Artinya : “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.’ (QS. An Nuur : 31)

    Dengan ditutupinya seluruh perhiasan seorang wanita maka akan mempersempit ruang bagi lawan jenisnya untuk mengarahkan pandangannya kepada perhiasannya atau bahkan menikmatinya dengan pandangan yang tidak wajar dan pandangan seperti ini adalah jalan menuju perzinahan bahkan ia sendiri sudah disebut dengan zina mata, sebagaimana hadits dari Abu Hurairoh ra dari Nabi saw bersabda,”Telah­ dituliskan terhadap anak Adam bagiannya dari zina dan bukan mustahil ia akan tertimpa olehnya. Zina mata adalah pandangan, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah memegang, zina kaki adalah melangkah dan hati memiliki kecenderungan serta harapan yang kemudian dituruti atau diingkari oleh kemaluan.” (HR. Muslim)

    Hikmah lain dari perintah menutup aurat ini adalah sebagai ciri khas dan identitas seorang wanita muslimah dibandingkan dengan wanita-wanita non muslim, sebagaimana firman-Nya :

    يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ­ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

    Artinya : “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu­, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab : 59)

    Batasa Aurat Wanita
    Tentang batasan aurat bagi seorang wanita ini, Sayyid Sabiq mengatakan bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat yang wajib ditutup kecuali muka dan kedua telapak tangan, sebagaimana firman Allah swt :

    وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

    Artinya : “Janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”(QS. An Nuur : 31)

    maksudnya janganlah mereka memperlihatkan tempat-tempat perhiasan, melainkan kedua telapak tangan, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits dari ibnu Abbas, Ibnu umar dan Aisyah.

    Dari Aisyah ra bahwasanya Nabi saw bersabda,”Allah­ tidak menerima sholat perempuan yang telah mencapai usia baligh, kecuali dengan memakai telekung.” (HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah kecuali Nasai. Sementara Ibnu Khuzaimah dan Hakim menyatakan sebagai hadits shahih, sedangkan Tirmidzi menyatakannya sebagai hadits hasan)

    Dari Ummu Salamah bahwa dia pernah bertanya kepada Nabi saw,”Bolehkan wanita mengerjakan shalat dengan memakai baju kurung dan telekung, tanpa kain atau sarung? ‘ Beliau saw menjawab,’(Bole­h), apabila baju kurungnya lebar dan panjang menutup kedua tumitnya.” (HR. Abu Daud dan para imam menshahihkannya­ sebagai hadits mauquf)

    Dari Aisyah ra bahwa ia pernah ditanya,”Berapa­ macamkah pakaian yang harus dipakai wanita yang hendak shalat?’ jawabnya,’Tanya­kanlah kepada Ali bin Abi Thalib, kemudian datanglah kepadaku dan beritahukan jawabannya kepadaku!’ Orang itu pun mendatangi Ali dan menanyakan hal itu kepadanya. Ali berkata,’Memaka­i telekung dan baju dalam,’ kemudian orang itu kembali menjumpai Aisyah dan menceritakan jawaban Ali kepadanya. Lantas Aisyah berkata,’Itulah­ jawaban yang benar.” (Fiqhus Sunnah edisi terjemah juz I hal 179 – 180)

    Wallahu a'lam

    " Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (QS Al-Ahzab:59)

Senin, 26 November 2012

TAHAP-TAHAP KEGIATAN KONSELING KELOMPOK



TAHAP-TAHAP KEGIATAN KONSELING KELOMPOK
Bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan pemberian informasi kepada sekelompok siswa yang bertujuan untuk membantu mereka dalam menyusun sebuah rencana dan keputusan yang tepat terhadap sebuah masalah yang dihadapi.
Menurut Marjohan dkk (Prayitno 1995: 40) bahwa tahap-tahap perkembangan kegiatan kelompok dalam layanan bimbingan kelompok terdiri dari :
a.       Tahap I  pembentukan
b.      Tahap II Peralihan
c.       Tahap III Kegiatan
d.      Tahap IV Pengakhiran
Sedangkan menurut Hartinah Sitti (2009: 131-154) bahwa tahap-tahap kegiatan kelompok  terdiri dari beberapa tahap diantaranya adalah sebagai berikut :
A.    Tahap I : tahap pembentukan
Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan calon anggota kelompok dalam rangkah kegiatan kelompok yang akan dilaksanakan.
Adapun beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Pengenalan dan pengungkapan tujuan
Tahap pengenalan dan pengungkapan tujuan merupakan tahap pengenalan dan pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan dalam sebuah kelompok. Pada tahap ini umumnya anggota saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan ataupun harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota kelompok.  Adapun peran dari pemimpin kelompok dalam taha ini adalah
v  Menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai melalui kegiatan kelompok tersebut dan menjelaskannya melalui berbagai cara yang akan dilalui dalam mencapai tujuan tersebut
v  Mengemukakan tentang diri sendiri yang kemunkinan perlu untuk terselenggaranya kegiatan kelompok secara baik
v  Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsure-unsur penghormatan kepada orang lain. Misalnya ketulusan hati, kehangatan dan empati
b.      Terbangunnya kebersamaan
Hasil tahap awal suatu kelompok adalah adanya suatu keadaan dimana para angota kelompok belum meraskan adanya keterikatan diantara anggota kelompok. Oleh karena itu pemimpin kelompok harus merangsang dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru dalam suasana kelompok yang diingingkan. Dengan demikian lambat laun para  kelompok akan mampu ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegitan kelompok
c.       Keaktifan pemimpin kelompok
Peranan pemimpin kelompok dalam pelaksanaan bimbingan kelompok sangat urgen karena dialah yang mengatur dan menjelaskan semua kegiatan yang akan dilakukan misalnya :
v  Menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai kedepannya
v  Menumbuhkan rasa saling mengenal diantara para anggota kelompok
v  Menumbukan sikap saling mempercayi dan menerima
v  Pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok
d.      Beberapa teknik pada tahap awal
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan oleh pemimpin kelompok dalam tahap  awal. Adapun teknik-teknik tersebut yang bias digunakan dalam kegiatan ini diantaranya
v  Teknik pertanyaan dan jawaban
Para anggota menulis jwaban atas suatu pertanyaan pada selembar kertas yang disediakan oleh pemimpin kelompok.
v  Teknik perasaan dan tanggapan
Teknik perasaan dan tanggapan dilakukan dengan mempersilahkan atau meminta masing-masing anggota kelompok mengemukakan perasaan dan tanggapannya atas suatu masalah atau suasana yang mereka rasakan pada saat pertemuan itu berlangsung.
v  Teknik permainan kelompok
Ada berbagai bentuk permainan kelompok yang bias digunakan misalnya “ rangkaian nama”, “ kebun binatang” yang bias digunakan. Tujuannya adalah untuk membangun suasana yang hangat dalam hubungan antar-anggota kelompok dan sekaligus suasana kebersamaan.
BENTUK SKENARIO TAHAP PEMBENTUKAN :
Tema    :  
-           Pengenalan
-          Pelibatan diri
-          Pemasukan diri
Tujuan
Kegiatan
1.      Semua anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam bentuk pendidikan apresiasi seni (PAS) dalam bentuk bimbingan dan konseling kelompok
2.      Menumbuhkan suasana kelompok
3.      Menumbuhkan minat anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok dalam bentuk PAS.
4.      Menumbuhkan sikap saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu di antara para anggota kelompok.
5.      Menumbuhkan suasana bebas dan terbuka
6.       Memulai pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok itu sendiri
1.      Memberikan penjelasan mengenai pendidikan apresiasi seni serta tujuan dari apresiasi seni itu sendiri dalam lingkup bimbingan dan konseling
2.      Menjelaskan bentuk-bentuk PAS dalam bimbingan dan konseling kelompok
3.      Saling memperkenalkan diri
4.      Pemberian teknik khusus
Misalnya menggunakan teknik jendela jouhri “ jouhari windows” yang mana semua anggota kelompok menuliskan semua sifat-sifat yang ada pada dirinya kemudian teman yang lain menuslikan sifat apa yang ada pada dirinya






B.     Tahap II  : tahap peralihan
Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamis kelompok  sudah tumbuh dalam kegiatan kelompok hendaknya dibawah lebih jauh oleh pemimpin kelompok menuju kepada kegiatan kelompok yang sebenarnya. Oleh karena itu tahap peralihan perlu dilaksanakan. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang ada dalam tahap peralihan diantaranya :
a.       Suasana kegiatan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kelomok bebas (jika kelompok tersebut memang kelompok bebas), atau kelompok tugas (jika kelompok tersebut memang kelompok tugas). Kemudian pemimpin kelompok menawarkan apakah para anggota siap memulai kegiatan tersebut
b.      Suasana ketidakseimbangan
Suasana ketidakseimbangan memang tidak bias lepas dari sebuah kelompok dan inilah yang mewarnai tahap peralihan. Hal ini bias muncul karena adanya konflik atau bahkan konfrontasi antara anggota kelompok dan pemimpin ketidaksesuaian yang banyak terjadi dalam keadaan banyak anggota yang merasa tertekan ataupun menyebabkan tingkh laku mereka menjadi tidak seperti biasanya. Keenggangan atau bahkan penolakan muncul atau muncul lagi dalam suasana seperti  itu. Oleh karena itu untuk keluar dari suasana tersebut maka pemimpin kelompok harus bijaksana dan cepat dalam bertindak baik waktu maupun tepat isi perlu diterapkan, pemimpin kelompok perlu mendorong semua anggota yang secara sukarela dan bersedia mengutarakan “membuka” diri mereka berkenaan dengan suasana yang mencekam.
c.       Jembatan antara tahap I dan tahap II
Tahap ini merupakan  jembatan antara tahap I dan Tahap II. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan sukarela. Ada kalanya pula jembatan tersebut ditempuh dengan payah dalam artian para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatn kelompok.
 


BENTUK SKENARIO TAHAP PERALIHAN
Membangun jembatan antara tahap I dan tahap II
Tujuan
kegiatan
1.      Membuka perasaan/sikap anggota kelompok dari sikap keraguan, sikap enggan dan membangun sikap saling percaya diri diantara mereka
2.      Meningkatkan minat untuk ikut dalam kegiatan kelompok
1.      Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan kedepannya
2.      Mengamati secara keseluruhan anggota kelompok apakah benar-benar siap untuk menjalani kegiatan selanjutnya.




C.    Tahap III kegiatan
Tahap ketiga merupakan inti kegiatan kelompok maka aspek-aspek yang perlu dijadikan pengiring yang masing-masing mempunyai aspek tersendiri yang membutuhkan perhatian yang sangat saksama dari pemimpin kelompok itu sendiri.
Pada tahap ketiga hubungan antar anggota kelompok tumbuh dengan baik. Selain itu pada tahap ini kegiatan kelompok akan ditampilkan secara nyata. Pemimpin kelompok akan mengambil alih dan menjelaskan pada awal dan kedua tentang jenis dan kegiatan kelompok apa yang akan dijalani kelompok pada tahap ini.
Adapun kegiatan yang akan di jalankan dalam kegiatan ini terdiri dari beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut :

Membangun kegiatan dalam kelompok
Tujuan
Kegiatan
1.      Mengungkapkan secara bebas masalah yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dialami oleh anggota kelompok
2.      Membahas masalah dan topic berkenaan dengan tema kita yaitu bentuk kegiatan kelompok dalam bentuk PAS
3.      Ikut sertanya semua kelompok dalam kegiatan ini.
1.      Semua kelompok yang terbentuk diberi kesempatan dalam mengemukakan ide, kreasi dan pandangan mereka dalam kegiatan ini
2.      Menentukan sebuah pokok permasalahan yang akan dibahas
3.      Membuat kegiatan selingan              “ games”
4.      Mengemukakan permasalahan

a.       Mengemukakan masalah
Pada tahap ini semua kelompok diajak untuk mengemukakan permasalahan apa yang dirasa cukup baik dijadikan sebagai topic. Misalnya kurangnya kemampuan peserta didik untuk menjalankan tugasnya sebuah kegiatan seni.
b.      Pemilihan topic
Setelah dilakukan kegiatan dalam hal pengungkapan masalah oleh masing-masing kelompok bias dilanjutkan dengan pemilihan topo permasalahan yang akan dijadikan sebuah topic dalam kegiatan kelompok ini. Pemilihan topic ini akan diputuskan oleh pemimpin kelompok setelah mendengar semua pengungkapan masalah dari masing-masing kelompok itu sendiri. Misalnya dari masalah yang berkaitan dengan kurangnya kemampuan peserta didik dalam menjalankan tugasnya dalam sebuah kegiatan seni
c.       Pembahasan topic
Setelah menentukan topic yang akan dibahas maka kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya adalah membahas topic tersebut yaitu yang berkaitan dengan kurangnya kemampuan peserta didik dalam menjalankan tugasnya dalam sebuah kegiatan seni. Prawitasari E johana : (2011: 39). Bahwa materi yang bias digunakan dalam pagelaran seni bertujuan untuk menggerakkan serta mengapresiasi berbagai karaakter manusia yang baik dan yang tidak baik, belajar mengenal keterampilan hidup dan nilai-nilai dalam kehidupan melalui pengenalan seni dan belajar mengapresiasikan pikiran dan perasaan melalui kreativtas dalam olah praktik bermain peran tentang cerita yang dikembangkan sendiri oleh peserta didik
d.      Games
Setelah membahas topic tentunya peserta didik akan merasa sedikit bosan dengan pembahasan materi yang telah dipaparkan pada sesi sebelumnya. Oleh karena itu, untuk memecah kebosanan mereka perlu diadakan games melalui sosiodrama yang berkaitan dengan pokok pembahasan tadi misalnya salah satu kelompok di tunjuk untuk melakonkan sebuah drama yang mana salah satu diantara anggota kelompok tidak bias melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang ada dalam naskah drama tersebut. Akan tetapi di akhirnya semua teman-temannya memberikan jalan keluar yaitu mencoba melakonkan peran lain dan akhirnya bias melakonkan peran tersebut dengan sangat baik
e.       Mengemukakan permasalahan
Setelah melakukan kegiatan diatas maka akan dikemukakan tentang masalah apa yang timbul ketika salah seorang dari anggota kelompok tidak bias melakonkan apa yang diberikan.disinilah semua akan di bahas mengenai apa yang menyebabkan sehingga salah satu dari anggota kelompok tidak bias menjalankan apa yang diperintahkan.


D.    Tahap IV : pengakhiran
Tahap ini biasa disebut juga dengan tahap tendensi /ending dimana pada tahap ini semua kegiatan akan diakhiri namun tidak dalam artian kegiatan akan berakhir begitu saja. Namun masih ada kegiatan selanjutnya yang bias dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Frekuensi pertemuan
Berkenaan dengan kegiatan ini hal yang Paling urgen dilihat adalah berkaitan dengan frekuensi pertemuan yang akan dilakukan selanjutnya. Karena  untuk mendapatkan hasil yang memuaskan tentunya tidaklah bias dilakukan dengan hanya sekali pertemuan akan tetapi hasil yang sempurna akan dicapai jika itu dilakukan jika pertemuan itu dilakukan lebih dari 1 kali.
b.      Pembahasan keberhasilan kelompok
Pada kegiatan ini semua kegiatan kelompok harus dipusatkan pada pembahasan dan penerapan hal-hal yang telah mereka dapatkan dan pelajari mulai dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan agar mereka dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari


SUMBER RUJUKAN
Hartinah, sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT. Reflika    Aditama
Prawitasari J. E . 2012. Psikologi Terapan. Jakarta: Erlangga 
Marjohan dkk. 1991. Bimbingan dan konseling . Jakarta : Departemen Pendidikan   dan Kebudayaan