KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat allah swt yang telah memberikan kita nikmat iman dan
kesehatan sehingga Alhamdulillah kita bias menjalankan kehidupan ini dengan
penuh keimanan dan ketabahan kepada allah swt. Dan tak lupa pula kita kirimkan
salam dan shalawat atas junjungan nabi besar nabiullah Muhammad saw yang telah
membawa rahmat bagi seluruh alam “
rahmatan lilalamin” selain itu nabiullah Muhammad saw sebagai penyempurna
agama ini sehingga kita bias merasakan nikmatnya beragama islam hingga akhir
ini. Selain itu turut kami berterima kasih kepada teman-teman kelompok 8 yang
telah menyumbangkan sumbangsinya demi penyelesaian makalah ini.
Alhamdulillah
pada kesempatan ini kami akan memaparkan sebuah materi yang tidk kalah urgennya
dengan materi lain yakni berkaitan dengan Indikasi
Jiwa “ Mental” Yang Sehat Dalam Konsep Islam . pada kesempatan ini kami
akan menjelaskan mengenai bagaimana yang termasuk dalam kategori jiwa yang
sehat dalam pandangan islam. Selain itu kami sangat mengharapkan kepada semua
peserta turut serta dalam mendengarkan pemaparan materi kami karena tujuan kami
menyusun makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada semua
teman-teman, jangan sampai ada diantara kita yang tidak termasuk dalam
orang-orang yang mempunyai jiwa yang sehat.
Demikian
wabillahi taufiq walhidaya assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Makassar, 16 Maret 2013
Tim
penyusun
Kelompok
8
BAB
1
PENDAHULUAN
Kesehatan
merupakan dambaan setiap insane manusia yang ada di permukaan bumi ini, karena
kesehatan merupakan
nikmat Allah SWT yang tak terkira yang diberikan kepada hamba-Nya sebagai salah
satu tanda kasih sayangNya demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Jika kondisi
fisiknya tidak sehat, seseorang akan menghadapi hambatan yang lebih banyak
dalam melakukan segenap aktivitas keseharian.Pada jaman modern yang serba cepat
dan sibuk ini, nikmat sehat makin terasa dibutuhkan seiring dengan makin
bertambah banyaknya tugas dan kesibukan seseorang. Agar mampu beribadah dan
bekerja dalam kondisi yang serba sibuk ini, selayaknya seorang muslim memandang
penting masaah kesehatan.Bagi seorang muslim, contoh terbaik dalam menjaga
kesehatan adalah contoh diberikan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah sangat jarang
mengalami sakit meskipun mempunyai banyak aktivitas seperti berdakwah,
beribadah, dan bahkan terjun langsung dalam peperangan, serta sering menghadapi
hal-hal yang sangat menekan perasaan. Menurut beberapa sirah, selama hidupnya
Rasulullah hanya sakit dua kali. Yaitu saat menerima wahyu pertama, ketika itu
beliau mengalami ketakutan yang sangat sehingga menimbulkan demam hebat, dan
yang satunya lagi menjelang beliau wafat. Saat itu beliau mengalami sakit yang
cukup parah, hingga akhirnya wafat. Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasulullah
mengalami sakit lebih dari dua kali termasuk ketika sakit di tenung oleh
seorang Yahudi dan di racun oleh seorang wanita Yahudi setelah perang Khaibar.
Mengapa Rasulullah jarang sakit? Pertanyaan yang sangat
menarik untuk dikemukakan. Secara umum, Rasulullah SAW jarang sakit karena
mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain,
beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Banyak ayat-ayat
AlQuran dan Sunnah yang mengemukakan upaya pencegahan penyakit. Dalam shahih
Bukhari saja tak kurang dari 80 hadist yang membicarakan masalah ini. Belum
lagi yang tersebar di dalam kitab Shahih muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi,
Baihaqi, Ahmad, dan lain-lain.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
jiwa yang sehat
·
Pengertian Kesehatan Jiwa/Mental menurut
Hadits
Jiwa yang sehat adalah kondisi dimana semua fungsi
organ tubuh manusia serta qalbu manusia ada dalam kondisi terbaiknya. Sesuai
dengan sabda Rasulullah:
“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan
manusia seringkali terperdaya dengannya, nikmat kesehatan dan waktu luang”.
(HR. Bukhari)
Rasulullah
juga bersabda:
“tidak ada salahnya seseorang
memiliki kekayaan asalkan dia tetap bertakwa. Akan tetapi, bagi orang yang
bertakwa, kesehatan lebih baik daripada kekayaan. Selain itu, hati yang bahagia
(thiib an nafs) adalah bagian dari (kenikmatan) surga. (HR Ibnu Maajah)
·
Indikasi kesehatan jiwa/mental menurut
hadits
Di dalam hadits-haditsnya, Rasulullah SAW.
menjelaskan bahwa kesehatan dan kestabilan jiwa/mental seseorang memiliki
beberapa indikasi/tanda, di antaranya yang terpenting adalah:
a. Adanya
rasa aman
Rasulullah bersabda:
“Siapa
yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar,
kondisi tubuh yang sehat, serta adanya persediaan makanan untuk hari itu maka
seakan-akan dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia.” (HR. Tirmidzi)
b. Tidak
meminta-minta kepada orang lain (merasa berkecukupan)
Rasulullah SAW
bersabda:
“demi
jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya. Tindakan kalian mengambil seutas tali
lalu mengambil kayu bakar kemudian memikulnya di atas punggung adalah lebih baik
(mulia serta terhormat) ketimbang mendatangi seseorang lalu meminta-minta
kepadanya, baik ia kemudian diberi sedekah atau tidak” (HR. Bukhari)
c. Percaya
diri
“janganlah
kalian menghinakan diri kalian sendiri “para sahabat bertanya (dengan rasa
heran), “wahai Rasulullah saw. bagaimana mungkin kami akan menjadikan diri kami
sendiri hina?” Rasulullah menjawab, “seseorang mengetahui bahwa ada sebuah
perintah Allah yang wajib dia sampaikan (kepada orang banyak), namun dia tidak
menyampaikannya.” Terhadap orang yang seperti ini, pada hari kiamat kelak,
Allah akan bertanya, “Apa yang telah menyebabkanmu tidak menyampaikan hal ini
dan itu?” Ia menjawab, “rasa takut terhadap manusia.” Allah kemudian berkata,
“kepada Ku lah engkau lebih pantas untuk takut.” (HR Ibnu Majaah)
d. Tidak
pernah merugikan hak orang lain
Rasulullah SAW
bersabda:
“Haram
hukumnya bagi seorang mukmin merongrong harta, kehormatan, atau jiwa muslim
yang lain. Seseorang telah dicatat melakukan suatu kejahatan jika menghina
saudaranya sesame muslim.” (HR Abu Dawud)
Selain itu Rasulullah
juga bersabda:
“Janganlah
saling membenci, menyiarkan aib orang lain, membenci dan saling membelakangi
(bermusuh-musuhan). Selain itu, janganlah seseorang membeli (barang) yang telah
dibeli oleh orang lain, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang saling
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Oleh karena
itu, dia tidak boleh menzaliminya, merendahkan, maupun menghinanya. Takwa itu
berada di sini (sambil menunjuk ke dada beliau tiga kali). Seorang muslim sudah
dipandang melakukan kejahatan jika dia mengejek saudaranya sesama muslim.
Seorang muslim diharamkan mengganggu jiwa, harta maupun, kehormatan muslim yang
lain. (HR Ahmad).
e. Memiliki
Rasa Tanggung Jawab
Abdullah Bin Umar
berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“setiap
kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab terhadap yang
dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya.
Seorang ayah adalah pemimpin di rumah tangganya dan bertanggungjawab terhadap
yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan
bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Demikian juga, pembantu adalah
pemimpin (penjaga) harta tuannya dan bertanggungjawab terhadap apa yang
dipimpinnya itu. Ketahuilah bahwa setiap kalian itu adalah pemimpin dan setiap
kalian bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari)
Selain dari pemamaparan diatas masih ada
indikasi-indikasi lain tentang bagaimana jiwa yang sehat dalam konsep islam
diantaranya sebagai berikut :
A.
Tersingkap kesempurnaan jiwa
Apabila
seorang hamba allah telah berhasil melakukan pendidikan dan pelatihan
penyehatan, pengembangan dan pemberdayaan jiwa maka ia dapat mencapai tingkat
kejiwaan yang sempurna yaitu
-
Jiwa mutmainnah (yang tentram)
Jiwa
mutmainnah adalah jiwa yang senantiasa mengajak kembali kepada fitrah ilahiya
tuhannya. Etos kerja dan kinerja kepada fitrah indrawi dan fisiknya senantiasa
dalam qudrat dan iradat tuhannya
Firman
allah swt “ orang-orang yang apabila
ditimpah musibah mereka mengucapkan “ innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”
(QS Al- Baqarah : 156)
Salah satu indikasi
hadirnya jiwa mutmainnah dalam diri manusia adalah biasanya terlihat dalam
tingkah lakuh, sikap dan gerak-gerik yang tenang, tidak tergesa-gesa, penuh
pertimbangan dan perhitungan yang matang, tepat dan benar.
-
Jiwa radiyah (jiwa yang meridhai)
Jiwa
radhiya adalah iwa yang tulus, bening dan lapang dada terhadap allah swt. Jiwa
inilah yang mendorong diri bersikap lapang dada, tawakal, tulus dan ikhlas dan
sabar dalam mengaplikasikan seluruh perintahnya dan menjahui seluruh
larangannya. Biasanya dalam diri seseorang yang mempunyai tingkat jiwa radhiyah
hamper-hampir tidak pernah berkeluh kesah, susah, sedih dan takut dalam
menjalani kehidupan ini.
Firman
allah swt “ ingatlah sesungguhnya
wali-wali allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula
mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat allah yang demikian itu
adalah kemenangan yang besar” (QS yunus: 62-64)
-
Jiwa mardiyah (yang diridhai)
Jiwah mardiyah adalah
jiwa yang memperoleh title dan
kehormatan dari allah swt, dan dengan gelr keimanan, keislaman, keikhlasan, dan
ketauhidannya tidak pernah mengalami erosi, dekandensi, dan distorsi. Akan
tetapi jiwa terus mendaki dan mi’raj kehadirat allah swt dalam ruang dan waktu
yang tiada berwaktu dan ber-ruang.
B. Tersingkap
kecerdasan uluhiyah
Kecerdasan uluhiyah adalah kecerdasan / kemampuan
fitrah manusia yang salih untuk melakukan interaksi secara vertical kepada
allah swt, kemampuan menaati segala apa yang telah diperinthakan, menjauhkn
diri apa yang telah dilarang dan dimurkahi serta tabah terhadap ujian dan
cobaan. Kecerdasan inilah yang membuat seseorang mampu menjauhkan diri
sejauh-jauhnya dari sikap menyekutukan allah swt. Dan tanpa kecerdasan ini
seseorang sangat sulit melakukan interaksi vertical yang bersifat transedental,
empiric dan hidup, bikan spekulasi dan ilusi
Firman allah swt “ dan apabila hamba-ku bertanya kepadamu tentang aku, maka sesungguhnya
aku adalah dekat” (QS Al-baqarah : 186)
Selain itu allah juga berfirman dalam surah qaaf :
16 “ dan kami lebih dekat kepada manusia
dari pada urat lehernya”
Kecrdasan uluhiyah bagi seorang hamba allah swt akan
termanifestasi dalam kemampuan dalam mengembangkan dan memberdayakan beberapa
hal diantaranya sebagai berikut :
a. Dapat
merasakan kehadiran hakikat wujud allah dalam kehidupannya
b. Dapat
merasakan bekasan-bekasan pengingkaran kedurhakaan dan dosa
c. Dapat
menjalin hubungan rohaniyah yang baik dengan allah, para malaikat
d. Mengalami
mukasyafah akal pikiran ,qalbu dan indrawi
C. Tersingkat
kecerdasan rububiyah
Kecerdasan rububiyah adalah kemampuan fitrah manusia
yang salih diantaranya dalah sebagai berikut :
a. Memelihara
dan mejaga diri dari hal-hal yang dapat menghancurkan kehidupannya baik di bumi
maupun langit dan di akhirat (QS At-taubah : 112)
b. Mendidik
dan mengajar diri agar menjadi seorang hamba yang pandai menemukan esensi jati
diri dan esensi citra diri dengan kekuatan ilmu laduni (QS Al-kahfi : 65)
c. Memimpin dan membimbing diri jasmaniyah dan
rohaniyah secara bersama-sama secara totalitas untuk dapat tunduk dan patuh
kepada allah serta dapat memberikan kerahmatan pada diridan lingkungannya.
Sesuai dengan apa yang
ada dalam surah At-tahrim : 6 “ wahai
orang-orang yang telah beriman peliharalah dirimu dari api neraka”
d. Menyembuhkan
dan menyucikan diri dari penyakit dan gangguan yang dapat `melemahkan pikiran
potensi diri, qalbu dan inderawi di dalam memahami kebenaran-kebenaran hakiki
dengan melakukan pertaubatan dan perbaikan diri seutuhnya (QS An-Nisa : 108)
Pendidikan,
pengajaran, pengawasan, dan kepemimpinan sangat berhasil adalah yang dimulai
dari dalam diri, karena esensi diri adalah alam kecil “ mikrokosmos dan pintu
kecil itu merupakan jalan untuk memasuki jalan besar “ makrokosmos” oleh karena
itu allah swt berfirman
“
mengapa
kamu perinthkan orang lain untuk mengajarkan kebaikan, sedang kamu
melupakan dirimu sendiri, padahal kamu selalu membaca kitab ? mengapa kamu
tidak berfikir (QS Al-baqarah : 44)
Ada
beberap indikasi bagi seseorang yang mendapatkan kecerdasan rububiyah biasanya
memiliki kekuatan, kewibawaan dan otoritas yang sangat kuat dalam hal.
a. Menanamkan
nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, baik kedalam dirinya sendiri maupun
lingkungannya
b. Mempengaruhi
dan mengajak hati nurani diri sendiri ataupun orang lain dan lingkungannya
untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang positif pada perilaku, sikap dan
lapang dada.
c. Memberikan
penyembuhan terhadap penyakit, baik penyakit yang bersifat psikologis,
spiritual, moral maupun fisik
d. Memberikan
perawatan terhadap kualitas keimanan, keislaman, keihlsan dan ketauhidan baik
pada diri sendiri orang lain maupun lingkungannya.
D. Tersingkap
kecerdasan ubudiyah
Kecerdasan ubudiyah adalah kemampuan fitrah manusia
yang salih dalam mengaplikasikan ibadah dengan tulus tanpa merasa terpaksa dan
dipaksa, akan tetapi menjadikan ibadah sebagai kebutuhan yang sangat primer dan
merupakan makanan bagi rohani dan jiwanya.
Firman allah swt
“ adakah kamu
hadir ketika yaqub kedatangan maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya “ apa
yang kamu sembah sepeninggalku ? mereka menjawab : kami mnyembah tuhanmu dan
tuhan nenek moyangmu Ibrahim, ismail, dan ishaq yaitu tuhan yang maha esa dan
kami hanya tunduk dan patuh kepadanya “ (QS Al-baqarah : 133)
Seseorang tidak akan mungkin dapat melakukan
sekumplan ibadah dengan penuh rasa tulus, lapang dada, dan semangat yang tinggi
kecuali allah menganugerahkan kepadanya kecerdasan ubudiyah. Setiap ia
memperbanyak ibadahnya kepada allah maka terasa baginya semakin berkurang
ibadah itu. Ibarat seorang yang sangat dahaga dalam suatu perjalanan yang
sangat jauh di tengah-tengah teriknya matahari, seakin banyak minum semakin
terasa dahaganya. Begitulah orang-orang yang salih dalam melakukan ibadah di
hadapan penciptanya.
Aisyah RA menyatakan “ bahwasanya nabiullah dulu bangun mengerjakan shalat di waktu malam
sehingga kedua kakinya menjadi pecah-pecah lalu saya bertanya “ mengapa
rasulullah padahal sesungguhnya allah telah mngampuni segala dosamu yang lalu
dan yang akan dating. Rasulullah menjawab “ apakah aku tidak boleh menjadi
seorang yang hamba yang bersyukur” (HR bukhari dan musim)
Mengenai puasa selain puasa fardhu pada bulan
ramadhan ada puasa-puasa sunnah yang selalu beliau lakukan seperti :
-
Puasa bulan muharram
-
Puasa bulan sya’ban
-
Puasa 10 hari awal bulan dzulhijjah
-
Puasa asyura’
-
Puasa 6 hari di bulan syawal
-
Puasa 3 hari setiap bulan
-
Puasa senin dan kamis
E. Tersingkap
kecerdasan khuluqiyah
Dalam makna etimologis kata “ khuluq” berasal dari
kata “ khulq” yang berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat,
keperwiraan, kejantanan, agama dan kemarahan
Kecerdasan khuluqiyah adalah kemampuan fitrah
manusia seorang yang salih dalam berperilaku, bersikap dan berpenampilan
terpuji sebagaimana rasulullah sawperkataan yang keluar dari lisan mengandung
kebenaran dan hikmah, tutur kata yang lembut sopan terlepas dari
ugkapan-ungkapan yang dapat mengandung cela dan celaka diri dari orang lain.
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai akhlak
apabila telah memenuhi 2 syarat yaitu :
a. Perbuatan
dilakukan dengan berulang-ulang, apabila suatu perbuatan hanya dilakukan sekali
saja maka perbuatan itu tidak dapat dikatakan sebagai akhlak.
b. Perbuatan
timbul dengan dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dalam sehingga
ia benar-benar menjadi sebuah kebiasaan. Firman allah swt “ sesungguhnya kamu benar-benar memiliki
akhlak yang agung” (QS Al-qalam : 4)
Selain itu rasululah
bersabda “ sesungguhnya aku telah diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR ahmad)
Akhlak yang islamiyah
mempunyai identitas yang khas diantaranya :
-
Kebaikannya bersifat mutlak
-
Kebaikannya bersifat menyeluruh
-
Tetap, langgeng dan mantap
-
Kewajibannya harus dipatuhi
-
Pengawasannya yang menyeluruh
Seseorang yang telah
menapak perjalanan puncak dari ketahuidan terhadap allah swt secara implikatif
dan empiric maka akhlak perilaku dan sikapnya senantiasa berorbitrasi dalam
cahaya dan sifatnya yang mulia dan suci. Ia akan berkata-kata, berbuat,
bersikap, dan berpenampilan dengan dan di dalam dan sifat-sifatnya.
Firman allah swt. “ dan allah telah menciptakan kamu semua dan
apa-apa yang kamu perbuat (QS Ash- shafaat : 96)
Siapa
saja yang telah mencapai tingkat ketahuidannya dengan kesabaran menjalankan
perintah dan menjahui segala larangannya dan menerima segala ujian, memelihara
hak-haknya karena rasa takut serta berbuat kebajikan dan kebaikan kepada allah.
Maka allah akan senantiasa hadir dan bersemayam dalam eksistensi diri, jatih
diri dan citra dirinya.
Daftar
pustaka
Gema insane.wordpress.com http//Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah.html
Bakan , hamdani . 1990. psikoterapi
dan konseling islam. Jakarta. erlangga