Minggu, 17 Maret 2013

jiwa yang sehat dalam konsep islam



KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat allah swt yang telah memberikan kita nikmat iman dan kesehatan sehingga Alhamdulillah kita bias menjalankan kehidupan ini dengan penuh keimanan dan ketabahan kepada allah swt. Dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat atas junjungan nabi besar nabiullah Muhammad saw yang telah membawa rahmat bagi seluruh alam “ rahmatan lilalamin” selain itu nabiullah Muhammad saw sebagai penyempurna agama ini sehingga kita bias merasakan nikmatnya beragama islam hingga akhir ini. Selain itu turut kami berterima kasih kepada teman-teman kelompok 8 yang telah menyumbangkan sumbangsinya demi penyelesaian makalah ini.
Alhamdulillah pada kesempatan ini kami akan memaparkan sebuah materi yang tidk kalah urgennya dengan materi lain yakni berkaitan dengan Indikasi Jiwa “ Mental” Yang Sehat Dalam Konsep Islam . pada kesempatan ini kami akan menjelaskan mengenai bagaimana yang termasuk dalam kategori jiwa yang sehat dalam pandangan islam. Selain itu kami sangat mengharapkan kepada semua peserta turut serta dalam mendengarkan pemaparan materi kami karena tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada semua teman-teman, jangan sampai ada diantara kita yang tidak termasuk dalam orang-orang yang mempunyai jiwa yang sehat.
Demikian wabillahi taufiq walhidaya assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuhu




 Makassar, 16 Maret 2013
Tim penyusun
Kelompok 8

BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan dambaan setiap insane manusia yang ada di permukaan bumi ini, karena kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang tak terkira yang diberikan kepada hamba-Nya sebagai salah satu tanda kasih sayangNya demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Jika kondisi fisiknya tidak sehat, seseorang akan menghadapi hambatan yang lebih banyak dalam melakukan segenap aktivitas keseharian.Pada jaman modern yang serba cepat dan sibuk ini, nikmat sehat makin terasa dibutuhkan seiring dengan makin bertambah banyaknya tugas dan kesibukan seseorang. Agar mampu beribadah dan bekerja dalam kondisi yang serba sibuk ini, selayaknya seorang muslim memandang penting masaah kesehatan.Bagi seorang muslim, contoh terbaik dalam menjaga kesehatan adalah contoh diberikan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah sangat jarang mengalami sakit meskipun mempunyai banyak aktivitas seperti berdakwah, beribadah, dan bahkan terjun langsung dalam peperangan, serta sering menghadapi hal-hal yang sangat menekan perasaan. Menurut beberapa sirah, selama hidupnya Rasulullah hanya sakit dua kali. Yaitu saat menerima wahyu pertama, ketika itu beliau mengalami ketakutan yang sangat sehingga menimbulkan demam hebat, dan yang satunya lagi menjelang beliau wafat. Saat itu beliau mengalami sakit yang cukup parah, hingga akhirnya wafat. Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasulullah mengalami sakit lebih dari dua kali termasuk ketika sakit di tenung oleh seorang Yahudi dan di racun oleh seorang wanita Yahudi setelah perang Khaibar.
Mengapa Rasulullah jarang sakit? Pertanyaan yang sangat menarik untuk dikemukakan. Secara umum, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Banyak ayat-ayat AlQuran dan Sunnah yang mengemukakan upaya pencegahan penyakit. Dalam shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadist yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar di dalam kitab Shahih muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dan lain-lain.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian jiwa yang sehat
·         Pengertian Kesehatan Jiwa/Mental menurut Hadits
Jiwa yang sehat adalah kondisi dimana semua fungsi organ tubuh manusia serta qalbu manusia ada dalam kondisi terbaiknya. Sesuai dengan sabda Rasulullah:
“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia seringkali terperdaya dengannya, nikmat kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari)
Rasulullah juga bersabda:
“tidak ada salahnya seseorang memiliki kekayaan asalkan dia tetap bertakwa. Akan tetapi, bagi orang yang bertakwa, kesehatan lebih baik daripada kekayaan. Selain itu, hati yang bahagia (thiib an nafs) adalah bagian dari (kenikmatan) surga. (HR Ibnu Maajah)
·         Indikasi kesehatan jiwa/mental menurut hadits
Di dalam hadits-haditsnya, Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa kesehatan dan kestabilan jiwa/mental seseorang memiliki beberapa indikasi/tanda, di antaranya yang terpenting adalah:
a.       Adanya rasa aman
Rasulullah bersabda:
“Siapa yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta adanya persediaan makanan untuk hari itu maka seakan-akan dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia.” (HR. Tirmidzi)
b.      Tidak meminta-minta kepada orang lain (merasa berkecukupan)
Rasulullah SAW bersabda:
“demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya. Tindakan kalian mengambil seutas tali lalu mengambil kayu bakar kemudian memikulnya di atas punggung adalah lebih baik (mulia serta terhormat) ketimbang mendatangi seseorang lalu meminta-minta kepadanya, baik ia kemudian diberi sedekah atau tidak” (HR. Bukhari)
c.       Percaya diri
“janganlah kalian menghinakan diri kalian sendiri “para sahabat bertanya (dengan rasa heran), “wahai Rasulullah saw. bagaimana mungkin kami akan menjadikan diri kami sendiri hina?” Rasulullah menjawab, “seseorang mengetahui bahwa ada sebuah perintah Allah yang wajib dia sampaikan (kepada orang banyak), namun dia tidak menyampaikannya.” Terhadap orang yang seperti ini, pada hari kiamat kelak, Allah akan bertanya, “Apa yang telah menyebabkanmu tidak menyampaikan hal ini dan itu?” Ia menjawab, “rasa takut terhadap manusia.” Allah kemudian berkata, “kepada Ku lah engkau lebih pantas untuk takut.” (HR Ibnu Majaah)
d.      Tidak pernah merugikan hak orang lain
Rasulullah SAW bersabda:
“Haram hukumnya bagi seorang mukmin merongrong harta, kehormatan, atau jiwa muslim yang lain. Seseorang telah dicatat melakukan suatu kejahatan jika menghina saudaranya sesame muslim.” (HR Abu Dawud)
Selain itu Rasulullah juga bersabda:
“Janganlah saling membenci, menyiarkan aib orang lain, membenci dan saling membelakangi (bermusuh-musuhan). Selain itu, janganlah seseorang membeli (barang) yang telah dibeli oleh orang lain, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Oleh karena itu, dia tidak boleh menzaliminya, merendahkan, maupun menghinanya. Takwa itu berada di sini (sambil menunjuk ke dada beliau tiga kali). Seorang muslim sudah dipandang melakukan kejahatan jika dia mengejek saudaranya sesama muslim. Seorang muslim diharamkan mengganggu jiwa, harta maupun, kehormatan muslim yang lain. (HR Ahmad).
e.       Memiliki Rasa Tanggung Jawab
Abdullah Bin Umar berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Seorang ayah adalah pemimpin di rumah tangganya dan bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Demikian juga, pembantu adalah pemimpin (penjaga) harta tuannya dan bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya itu. Ketahuilah bahwa setiap kalian itu adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari)
Selain dari pemamaparan diatas masih ada indikasi-indikasi lain tentang bagaimana jiwa yang sehat dalam konsep islam diantaranya sebagai berikut :
A.    Tersingkap kesempurnaan jiwa
Apabila seorang hamba allah telah berhasil melakukan pendidikan dan pelatihan penyehatan, pengembangan dan pemberdayaan jiwa maka ia dapat mencapai tingkat kejiwaan yang sempurna yaitu
-          Jiwa mutmainnah (yang tentram)
Jiwa mutmainnah adalah jiwa yang senantiasa mengajak kembali kepada fitrah ilahiya tuhannya. Etos kerja dan kinerja kepada fitrah indrawi dan fisiknya senantiasa dalam qudrat dan iradat tuhannya
Firman allah swt “ orang-orang yang apabila ditimpah musibah mereka mengucapkan “ innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (QS Al- Baqarah : 156)
Salah satu indikasi hadirnya jiwa mutmainnah dalam diri manusia adalah biasanya terlihat dalam tingkah lakuh, sikap dan gerak-gerik yang tenang, tidak tergesa-gesa, penuh pertimbangan dan perhitungan yang matang, tepat dan benar.
-          Jiwa radiyah (jiwa yang meridhai)
Jiwa radhiya adalah iwa yang tulus, bening dan lapang dada terhadap allah swt. Jiwa inilah yang mendorong diri bersikap lapang dada, tawakal, tulus dan ikhlas dan sabar dalam mengaplikasikan seluruh perintahnya dan menjahui seluruh larangannya. Biasanya dalam diri seseorang yang mempunyai tingkat jiwa radhiyah hamper-hampir tidak pernah berkeluh kesah, susah, sedih dan takut dalam menjalani kehidupan ini.
      Firman allah swt “ ingatlah sesungguhnya wali-wali allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat allah yang demikian itu adalah kemenangan yang besar” (QS yunus: 62-64)
-          Jiwa mardiyah (yang diridhai)
Jiwah mardiyah adalah jiwa yang memperoleh title dan kehormatan dari allah swt, dan dengan gelr keimanan, keislaman, keikhlasan, dan ketauhidannya tidak pernah mengalami erosi, dekandensi, dan distorsi. Akan tetapi jiwa terus mendaki dan mi’raj kehadirat allah swt dalam ruang dan waktu yang tiada berwaktu dan ber-ruang.
B.     Tersingkap kecerdasan uluhiyah
Kecerdasan uluhiyah adalah kecerdasan / kemampuan fitrah manusia yang salih untuk melakukan interaksi secara vertical kepada allah swt, kemampuan menaati segala apa yang telah diperinthakan, menjauhkn diri apa yang telah dilarang dan dimurkahi serta tabah terhadap ujian dan cobaan. Kecerdasan inilah yang membuat seseorang mampu menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari sikap menyekutukan allah swt. Dan tanpa kecerdasan ini seseorang sangat sulit melakukan interaksi vertical yang bersifat transedental, empiric dan hidup, bikan spekulasi dan ilusi
Firman allah swt “ dan apabila hamba-ku bertanya kepadamu tentang aku, maka sesungguhnya aku adalah dekat” (QS Al-baqarah : 186)
Selain itu allah juga berfirman dalam surah qaaf : 16 “ dan kami lebih dekat kepada manusia dari pada urat lehernya”
Kecrdasan uluhiyah bagi seorang hamba allah swt akan termanifestasi dalam kemampuan dalam mengembangkan dan memberdayakan beberapa hal diantaranya sebagai berikut :
a.       Dapat merasakan kehadiran hakikat wujud allah dalam kehidupannya
b.      Dapat merasakan bekasan-bekasan pengingkaran kedurhakaan dan dosa
c.       Dapat menjalin hubungan rohaniyah yang baik dengan allah, para malaikat
d.      Mengalami mukasyafah akal pikiran ,qalbu dan indrawi
C.     Tersingkat kecerdasan rububiyah
Kecerdasan rububiyah adalah kemampuan fitrah manusia yang salih diantaranya dalah sebagai berikut :
a.       Memelihara dan mejaga diri dari hal-hal yang dapat menghancurkan kehidupannya baik di bumi maupun langit dan di akhirat (QS At-taubah : 112)
b.      Mendidik dan mengajar diri agar menjadi seorang hamba yang pandai menemukan esensi jati diri dan esensi citra diri dengan kekuatan ilmu laduni (QS Al-kahfi : 65)
c.        Memimpin dan membimbing diri jasmaniyah dan rohaniyah secara bersama-sama secara totalitas untuk dapat tunduk dan patuh kepada allah serta dapat memberikan kerahmatan pada diridan lingkungannya.
Sesuai dengan apa yang ada dalam surah At-tahrim : 6 “ wahai orang-orang yang telah beriman peliharalah dirimu dari api neraka”
d.      Menyembuhkan dan menyucikan diri dari penyakit dan gangguan yang dapat `melemahkan pikiran potensi diri, qalbu dan inderawi di dalam memahami kebenaran-kebenaran hakiki dengan melakukan pertaubatan dan perbaikan diri seutuhnya (QS An-Nisa : 108)
Pendidikan, pengajaran, pengawasan, dan kepemimpinan sangat berhasil adalah yang dimulai dari dalam diri, karena esensi diri adalah alam kecil “ mikrokosmos dan pintu kecil itu merupakan jalan untuk memasuki jalan besar “ makrokosmos” oleh karena itu allah swt berfirman
mengapa  kamu perinthkan orang lain untuk mengajarkan kebaikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu selalu membaca kitab ? mengapa kamu tidak berfikir (QS Al-baqarah : 44)
Ada beberap indikasi bagi seseorang yang mendapatkan kecerdasan rububiyah biasanya memiliki kekuatan, kewibawaan dan otoritas yang sangat kuat dalam hal.
a.       Menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, baik kedalam dirinya sendiri maupun lingkungannya
b.      Mempengaruhi dan mengajak hati nurani diri sendiri ataupun orang lain dan lingkungannya untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang positif pada perilaku, sikap dan lapang dada.
c.       Memberikan penyembuhan terhadap penyakit, baik penyakit yang bersifat psikologis, spiritual, moral maupun fisik
d.      Memberikan perawatan terhadap kualitas keimanan, keislaman, keihlsan dan ketauhidan baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungannya.
D.    Tersingkap kecerdasan ubudiyah
Kecerdasan ubudiyah adalah kemampuan fitrah manusia yang salih dalam mengaplikasikan ibadah dengan tulus tanpa merasa terpaksa dan dipaksa, akan tetapi menjadikan ibadah sebagai kebutuhan yang sangat primer dan merupakan makanan bagi rohani dan jiwanya.
Firman allah swt
adakah kamu hadir ketika yaqub kedatangan maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya “ apa yang kamu sembah sepeninggalku ? mereka menjawab : kami mnyembah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu Ibrahim, ismail, dan ishaq yaitu tuhan yang maha esa dan kami hanya tunduk dan patuh kepadanya “ (QS Al-baqarah : 133)
Seseorang tidak akan mungkin dapat melakukan sekumplan ibadah dengan penuh rasa tulus, lapang dada, dan semangat yang tinggi kecuali allah menganugerahkan kepadanya kecerdasan ubudiyah. Setiap ia memperbanyak ibadahnya kepada allah maka terasa baginya semakin berkurang ibadah itu. Ibarat seorang yang sangat dahaga dalam suatu perjalanan yang sangat jauh di tengah-tengah teriknya matahari, seakin banyak minum semakin terasa dahaganya. Begitulah orang-orang yang salih dalam melakukan ibadah di hadapan penciptanya.
Aisyah RA menyatakan “ bahwasanya nabiullah dulu bangun mengerjakan shalat di waktu malam sehingga kedua kakinya menjadi pecah-pecah lalu saya bertanya “ mengapa rasulullah padahal sesungguhnya allah telah mngampuni segala dosamu yang lalu dan yang akan dating. Rasulullah menjawab “ apakah aku tidak boleh menjadi seorang yang hamba yang bersyukur” (HR bukhari dan musim)
Mengenai puasa selain puasa fardhu pada bulan ramadhan ada puasa-puasa sunnah yang selalu beliau lakukan seperti :
-          Puasa bulan muharram
-          Puasa bulan sya’ban
-          Puasa 10 hari awal bulan dzulhijjah
-          Puasa asyura’
-          Puasa 6 hari di bulan syawal
-          Puasa 3 hari setiap bulan
-          Puasa senin dan kamis
E.        Tersingkap kecerdasan khuluqiyah
Dalam makna etimologis kata “ khuluq” berasal dari kata “ khulq” yang berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kejantanan, agama dan kemarahan
Kecerdasan khuluqiyah adalah kemampuan fitrah manusia seorang yang salih dalam berperilaku, bersikap dan berpenampilan terpuji sebagaimana rasulullah sawperkataan yang keluar dari lisan mengandung kebenaran dan hikmah, tutur kata yang lembut sopan terlepas dari ugkapan-ungkapan yang dapat mengandung cela dan celaka diri dari orang lain.
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai akhlak apabila telah memenuhi 2 syarat yaitu :
a.       Perbuatan dilakukan dengan berulang-ulang, apabila suatu perbuatan hanya dilakukan sekali saja maka perbuatan itu tidak dapat dikatakan sebagai akhlak.
b.      Perbuatan timbul dengan dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dalam sehingga ia benar-benar menjadi sebuah kebiasaan. Firman allah swt “ sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS Al-qalam : 4)  
Selain itu rasululah bersabda “ sesungguhnya aku telah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR ahmad)
Akhlak yang islamiyah mempunyai identitas yang khas diantaranya :
-          Kebaikannya bersifat mutlak
-          Kebaikannya bersifat menyeluruh
-          Tetap, langgeng dan mantap
-          Kewajibannya harus dipatuhi
-          Pengawasannya yang menyeluruh
Seseorang yang telah menapak perjalanan puncak dari ketahuidan terhadap allah swt secara implikatif dan empiric maka akhlak perilaku dan sikapnya senantiasa berorbitrasi dalam cahaya dan sifatnya yang mulia dan suci. Ia akan berkata-kata, berbuat, bersikap, dan berpenampilan dengan dan di dalam dan sifat-sifatnya.
Firman allah swt. “ dan allah telah menciptakan kamu semua dan apa-apa yang kamu perbuat (QS Ash- shafaat : 96)
Siapa saja yang telah mencapai tingkat ketahuidannya dengan kesabaran menjalankan perintah dan menjahui segala larangannya dan menerima segala ujian, memelihara hak-haknya karena rasa takut serta berbuat kebajikan dan kebaikan kepada allah. Maka allah akan senantiasa hadir dan bersemayam dalam eksistensi diri, jatih diri dan citra dirinya.



Daftar pustaka
Gema insane.wordpress.com http//Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah.html
Bakan , hamdani . 1990. psikoterapi dan konseling islam. Jakarta. erlangga
Top of Form
Bottom of Form